Stigma Terhadap Gangguan Kesehatan Mental di Indonesia: Mengapa Perlu Diubah?
Apakah kamu pernah mendengar tentang stigma terhadap gangguan kesehatan mental di Indonesia? Stigma ini seringkali membuat orang yang mengalami gangguan kesehatan mental merasa malu atau takut untuk mencari bantuan. Padahal, menurut data WHO, sekitar 15% populasi di dunia mengalami gangguan kesehatan mental. Hal ini tentu menjadi perhatian serius bagi kita semua.
Menurut dr. Andriana Susilo, seorang psikiater ternama, stigma terhadap gangguan kesehatan mental di Indonesia masih sangat tinggi. “Banyak masyarakat yang masih percaya bahwa gangguan kesehatan mental adalah hal yang memalukan atau hanya terjadi pada orang-orang yang lemah. Padahal, gangguan kesehatan mental adalah penyakit yang bisa dialami siapa saja, tanpa memandang status sosial atau ekonomi,” ungkap dr. Andriana.
Salah satu contoh stigma yang sering terjadi adalah mitos bahwa gangguan kesehatan mental disebabkan oleh hal-hal supranatural atau karma buruk. Hal ini membuat orang yang mengalami gangguan kesehatan mental seringkali dijauhi atau dianggap sebagai orang yang terkutuk. Padahal, menurut dr. Andriana, gangguan kesehatan mental sebenarnya disebabkan oleh berbagai faktor, seperti genetik, lingkungan, dan pengalaman traumatis.
Untuk mengubah stigma terhadap gangguan kesehatan mental di Indonesia, diperlukan peran dari semua pihak, mulai dari pemerintah, masyarakat, hingga media massa. Menurut dr. Andriana, edukasi tentang gangguan kesehatan mental perlu ditingkatkan, agar masyarakat bisa lebih memahami dan mendukung orang-orang yang mengalami gangguan tersebut.
Selain itu, perlu juga adanya upaya untuk meningkatkan akses terhadap layanan kesehatan mental di seluruh Indonesia. Menurut data Kementerian Kesehatan, hanya sekitar 10% rumah sakit di Indonesia yang memiliki layanan kesehatan mental. Hal ini tentu menjadi kendala besar bagi orang-orang yang membutuhkan bantuan.
Dengan mengubah stigma terhadap gangguan kesehatan mental di Indonesia, diharapkan orang-orang yang mengalami gangguan tersebut bisa lebih terbuka untuk mencari bantuan dan mendapatkan perawatan yang tepat. Sebagaimana yang dikatakan oleh Nelson Mandela, “Stigma is a mark of shame, and we must do everything we can to break this stigma.”
Jadi, mari bersama-sama berjuang untuk mengubah stigma terhadap gangguan kesehatan mental di Indonesia. Kita semua memiliki peran penting dalam menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan peduli terhadap kesehatan mental. Ayo mulai dari diri sendiri dan lingkungan sekitar kita. Bersama, kita bisa mengubah stigma menjadi dukungan dan empati bagi mereka yang membutuhkan.